Sabtu, 18 Oktober 2008

Ibuku Tercinta: "Jangan Pernah Tinggalkan Shalat"

Senjakala di pasirtengah, ufuk barat semburat jingga, awan cirrus berarak sesekali digores Microcyroptera yang sigap menyambut datangnya malam, butiran Oryza sativa menguning bak hamparan permata berkilau dilingkahi lambaian nyiur Cocos nucifera. damai yang kian terasa diselingi suara-suara binatang malam berkoor mengajak manusia bersujud, bersyukur dalam pelukan sang penguasa jagat raya

Bersujud? ya bersujud..dalam segala perilaku dan setiap tindakan hidup, terlatih mempersembahkan hati dan pikiran disegala denyut kesyukuran atas ciptaan dan nikmat yang telah diberikan, kesepian yang mendera adalah kesempatan menikmati hidup, memperhambakan diri pada sang Maha Memiliki, menghadirkan pribadi di segala panggilannya untuk bertemu, mengadu, berterima kasih, meminta, memuji, menikmati kasih sayang dalam lautan kedamaian yang penuh keteduhan jiwa. membangkitkan konsentrasi, melahirkan ketajaman, menghadirkan kesadaran jiwa-sungguh penghambaan di kaki-Nya tidak pernah akan sia-sia.

Sholat tidak sekedar hadir dalam panggilannya, shalat adalah re-charge fitrah manusia, persembahan seorang makhluk kepada sang khaliq dalam persembahan utuh di setiap perilaku dan tindakan, bershalat sepenuh jiwa, bekerja berharap berkah, berilmu untuk hari ini dan hidup setelah mati. Teringatlah diri ini dalam segala dosa dan perbuatan, tatkala hati tergelincir dari ridho-nya, ketika pikiran terjerembab di terminal perilaku yang tak terpuji, tak sanggup aku berteriak, "Andaikan Engkau tidak menyuruh...aku malu untuk berdo'a kepadamu Yaa Allah"

Detik yang berlalu tidak akan terulang lagi, waktu yang terlewati tidak tergantikan dengan segenap duka dan penyesalan, terngiang ucapan ibu di senja hari tatkala bersama bercengkrama menikmati kesyukuran dibalik hari yang beranjak senja, "sep, dimanapun kamu berada, jangan pernah tinggalkan shalat"

Ah, makasih ibu - engkau telah memperkenalkan diri ini pada indahnya iman, engkau yang telah memperkenalkan lurusnya perjalanan hidup, menghadirkan sang pemilik takdir dalam setiap nafas-nafasku, menjaga segala kemungkinan tergelincir di setiap liku perjalanan hidup, sepenuh doaku untukmu, tak mampu kukembalikan segala yang telah engkau lakukan, sebagaimana kisah yang telah engkau ceritakan dahulu tentang shalat yang engkau wasiatkan:

Senja yang lengang, terlihat seorang wanita berjalan terhuyung-huyung. Pakaiannya yang serba hitam menandakan bahwa ia berada dalam dukacita yang mencekam. Kerudungnya menangkup rapat hampir seluruh wajahnya. Tanpa rias muka atau perhiasan menempel di tubuhnya. Kulit yang bersih, badan yang ramping dan roman mukanya yang ayu, tidak dapat menghapus kesan kepedihan yang tengah meruyak hidupnya. Ia melangkah terseret-seret mendekati kediaman rumah Nabi Musa a.s. Diketuknya pintu pelan-pelan sambil mengucapkan uluk salam.

Maka terdengarlah ucapan dari dalam "Silakan masuk". Perempuan cantik itu lalu berjalan masuk sambil kepalanya terus merunduk. Air matanya berderai tatkala ia berkata, "Wahai Nabi Allah. Tolonglah saya. Doakan saya agar Tuhan berkenan mengampuni dosa keji saya.

"Apakah dosamu wahai wanita ayu?" tanya Nabi Musa as terkejut. "Saya takut mengatakannya." jawab wanita cantik.

"Katakanlah jangan ragu-ragu!" desak Nabi Musa. Maka perempuan itupun terpatah bercerita, "Saya ......telah berzina." Kepala Nabi Musa terangkat, hatinya tersentak. Perempuan itu meneruskan, "Dari perzinaan itu saya pun......lantas hamil. Setelah anak itu lahir, langsung saya....... cekik lehernya sampai......tewas", ucap wanita itu seraya menangis sejadi-jadinya.

Nabi musa berapi-api matanya. Dengan muka berang ia menghardik "Perempuan bejad, enyah kamu dari sini! Agar siksa Allah tidak jatuh ke dalam rumahku karena perbuatanmu. Pergi !..." teriak Nabi Musa sambil memalingkan mata karena jijik. Perempuan berwajah ayu dengan hati bagaikan kaca membentur batu, hancur luluh segera bangkit dan melangkah surut. Dia terantuk-antuk keluar dari dalam rumah Nabi Musa. Ratap tangisnya amat memilukan. Ia tak tahu harus kemana lagi hendak mengadu. Bahkan ia tak tahu mau di bawa kemana lagi kaki-kakinya.

Bila seorang Nabi saja sudah menolaknya, bagaimana pula manusia lain bakal menerimanya? Terbayang olehnya betapa besar dosanya, betapa jahat perbuatannya. Ia tidak tahu bahwa sepeninggalnya, Malaikat Jibril turun mendatangi Nabi Musa. Sang Ruhul Amin Jibril lalu bertanya, "Mengapa engkau menolak seorang wanita yang hendak bertobatdari dosanya? Tidakkah engkau tahu dosa yang lebih besar daripadanya?" Nabi Musa terperanjat .

Dosa apakah yang lebih besar dari kekejian wanita pezina dan pembunuh itu?" Maka Nabi Musa dengan penuh rasa ingin tahu bertanya kepada Jibril. "Betulkah ada dosa yang lebih besar dari pada perempuan yang nista itu?"

"Ada!" jawab Jibril dengan tegas.
"Dosa apakah itu?" tanya Musa kian penasaran.

"Orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja dan tanpa menyesal. Orang itu dosanya lebih besar dari pada seribu kali berzina" Mendengar penjelasan ini Nabi Musa kemudian memanggil wanita tadi untuk menghadap kembali kepadanya. Ia mengangkat tangan dengan khusuk untuk memohonkan ampunan kepada Allah untuk perempuan tersebut. Nabi Musa menyadari, orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja dan tanpa penyesalan adalah sama saja seperti berpendapat bahwa sholat itu tidak
wajib dan tidak perlu atas dirinya. Berarti ia seakan-akan menganggap remeh perintah Tuhan, bahkan seolah-olah menganggap Tuhan tidak punya hak untuk mengatur dan memerintah hamba-Nya.

Sedang orang yang bertobat dan menyesali dosanya dengan sungguh-sungguh berarti masih mempunyai iman di dadanya dan yakin bahwa Allah itu berada di jalan ketaatan kepada-Nya. Itulah sebabnya Tuhan pasti mau menerima kedatangannya.

Dalam hadist Nabi SAW disebutkan : Orang yang meninggalkan sholat lebih besar dosanya dibanding dengan orang
yang membakar 70 buah Al-Qur'an, membunuh 70 nabi dan bersetubuh dengan ibunya di dalam Ka'bah. Dalam hadist yang lain disebutkan bahwa orang yang meninggalkan sholat sehingga terlewat waktu, kemudian ia mengqadanya, maka ia akan disiksa dalam neraka selama satu huqub. Satu huqub adalah delapan puluh tahun. Satu tahun terdiri dari 360 hari, sedangkan satu hari diakherat perbandingannya adalah seribu tahun di dunia. Demikianlah kisah Nabi Musa dan wanita pezina dan dua hadist Nabi, mudah-mudahan menjadi pelajaran bagi kita dan timbul niat untuk melaksanakan kewajiban sholat dengan istiqomah.

Ibu, sepenuh hati, jiwa dan ragaku, dalam maluku atas segala dosa-dosa yang telah kuperbuat, aku memohon pada Allah, pemilik diriku dan engkau, semoga engkau dijadikannya sebagai pemilik jiwa yang tenang:

"yaa ayyatuhal nafsul muthmainnah, irji'ii ila robbiki roodiyatummardhiyyah, fadkhulii fii ibadii, wadkhulii jannati"

Allah, Aku yakin engkau hadir hari ini, aku yakin aku tidak bisa membalas apa yang telah dilakukan ibuku, karena itu yaa Allah, berikanlah kami kekuatan untuk selalu istiqomah dalam shalat-shalat kami, jadikanlah kehadiranku sebagai penenang jiwanya, jadikanlah kelahiranku sebagai sumber kebahagiaannya, jadikanlah diriku menjadi tabungannya kelak saat membuka pintu surga-Mu, jadikanlah dirinya termasuk golongan orang-orang yang beriman sebagaimana yang engkau janjikan, Amiin ya robbal alamiin